Kerukunan antar umat beragama di Indonesia selalu terganggu oleh
ekspansi agama tertentu yang mengemban missi pemurtadan massal di kalangan
pemeluk agama lain .
Perebutan dan ekspansi agama yang mengganggu hubungan antar pemeluk
agama ini sudah berkali-kali dicoba untuk diatasi lewat berbagai agenda
musyawarah, tetapi selalu gagal. Pendekatan etika dalam menjalin hubungan antar
pemeluk agama tidak membuahkan hasil.Sementara pendekatan
hukum agar masalah tersebut dituntaskan secara adil juga gagal.
Bagaimana kondisi hubungan antarumat beragama di Indonesia selama ini?
Hubungan antar umat beragama di Indonesia selama ini, saya lihat
dingin-dingin panas, kadang memanas dan terkadang dingin-dingin saja. Begitu
orang merasa agak lega, bahkan sampai ke tingkat agak over optimistik dengan
kondusifnya situasi era trilogi kerukunan bagi baiknya hubungan sesama umat
beragama, tiba-tiba meledak kasus Situbondo, Tasikmalaya, Sampang Madura,
Singkawang, Pontianak, Banjarmasin, Ambon, Poso dan seterusnya, membikin kita
terkesima dan penasaran. Kenapa trilogi kerukunan yang dicapai itu ternyata itu
hanya di lapisan luar saja atau hanya bersifat semu, sedang di dalamnya ada
sekam panas yang membara.
Maka setelah peristiwa – peristiwa konflik kerusuhan dan perusakan itu
silih berganti muncul, kebanggaan terhadap trilogi kerukunan sebagai hasil
terpenting Pancasila, dan pantas diekspor ke manca negara, serta merta sirna.
Orang ramai berbicara dan bertanya-tanya apakah kerusuhan demi
kerusuhan itu murni kerusuhan agama atau bukan. Aktor intelektual masing-masing
supaya ditangkap dan diadili. Ternyata selama ini tidak pernah ada aktor
intelektual yang ditangkap apalagi diadili. Kita ini salah persepsi. Para aktor
dari semua kerusuhan itu, apakah mereka intelektual atau preman adalah mereka
yang terjun ke kancah kerusuhan, membakar, menghina, membunuh, menghancurkan
bangunan, menjarah, merampok dan melakukan berbagai-bagai aksi kriminalitas
sosial dan kemanusiaan lainnya. Sekarang yang harus diungkap dan diburu bukan
para aktornya , karena mereka sudah kasat mata, tetapi para sutradara, pengatur
skenarionya, dan penyebab yang berada di belakang semua tindak kekerasan dan
kerusuhan itu.
0 comments:
Post a Comment