1. Aspek Penalaran Dalam Karangan
·
Menulis merupakan proses bernalar.
Dimana pada saat kita ingin menulis sesuatu tulisan baik itu dalam bentuk
karangan atau pun yang lainnya, maka kita harus mencari topiknya terlebih
dahulu. Dan dalam mencari suatau topik tersebut kita harus berfikir, maka pada
saat kita berfikir tanpa kita sadari kita sendiri telah melakukan proses
penalaran. maka pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan sedikit mengenai
menulis merupakan proses bernalar.
kesimpulan bahwa proses bernalar
atau singkatnya penalaran merupakan proses berpikir yang sistematik untuk
memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan.
·
Suatu karangan sesederhana apapun akan
mencerminkan kualitas penalaran seseorang. Penalaran itu akan tampak dalam pola
pikir penyusuan karangan itu sendiri. Penalaran dalam suatu karangan ilmiah
mencakup 5 aspek. Kelima aspek tersebut adalah:
A. Aspek Keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan
antar bagian yang satu dengan yang
lain dalam suatu karangan. Artinya,
bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada
pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah – rumusan masalah – tujuan
– dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan
bagian landasan teori, harus berkaitan dengan pembahasan, dan harus berkaitan
juga dengan kesimpulan.
B. Aspek Urutan
Aspek urutan adalah pola urutan
tentang suatru yang harus didahulukan atau ditampilkan kemudian (dari hal yang
paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus
mengikuti urutan pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan
dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka
analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas
secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas
pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah.
C. Aspek Argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian
yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan,
dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi
karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu
dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam analisis
harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
D. Aspek Teknik Penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang
dipakai, apakah digunakan secara konsisten. Karangan ilmiah harus disusun
dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan universal.
Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat
multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.
E. Aspek Bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa
dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku? Karangan ilmiah disusun dengan
bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru
akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan
ilmiah akademis.
2. Penalaran Induktif
·
Definisi Penalaran Induktif
Ialah proses berpikir yang bertolak
dari satu atau sejumlah fenomena atau gejala individual untuk menurunken suatu
kesimpulan (inferesi) yang berlaku umum.
· Generalisasi
ialah proses berpikir berdasarkan
pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu untuk menarik
kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa.
·
Analogi
ialah suatu proses berpikir untuk
menarik kesimpulan atau inferensi tentang kebenaran suatu gejala khusus
berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat atau
ciri-ciri esensial penting yang bersamaan.
·
Hubungan Kausal
ialah hubungan keterkaitan atau
ketergantungan dari dua realitas, konsep, gagaasan, ide, atau permsalahan.
Suatu kegiatan tidak dapat mengalami suatu akibat tanpa disertai sebab, atau
sebaliknya suatu kegiatan tidak dapat menunjukkan suatu sebab bila belum
mengalami akibat.
3. Penalaran Deduktif
·
Silogisme
adalah proses berpikir yang
bertolak dari satu atau lebih premis, yakni pernyataan-pernyataan yang
mendahului kemudian ditarik suatu kesimpulan menurut prinsip-prinisip logis,
perlawanan dan pendasaran yang mencukupi. Silogisme merupakan jenis deduksi
yang banyak digunakan jika seseorang menyusun suatu argumentasi.
·
Entimem
Pada percakapan dalam kehidupan
sehari-hari, suatu logisme seringkali diperpendek, yakni tanpa menyebutkan
premis-premis umum. Seseorang lansung mengatakan kesimpulan yang diikuti dengan
premis khusus sebagai penyebabnya. Bentuk silogisme seperti ini disebut
entimem.
Daftar Pustaka :
0 comments:
Post a Comment