Hari Yang Sial

Pagi hari itu, saya bangun kesiangan. Ketika saya lihat jam dinding sudah menunjukan pukul 7.30. Lalu saya segera meloncat dari kasur dan menuju kamar mandi. Tanpa sikat gigi dan sabunan, aku bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ibuku yang mengetahui aku telat hanya mengomel dan memarahiku.

Tak sempat lagi saya sarapan pagi yang telah disediakan oleh ibu, langsung saja saya keluarkan motor dan memacunya ke sekolah. Di tengah-tengah perjalanan, motor yang saya kendarai mogok. Aku pun semakin panik dan bingung. Setelah saya teliti ternyata kehabisan bensin. Saya harus mendorongnya untuk menemukan tempat pengisian bensin. Setelah mendorongnya sejauh 100 meter, akhirnya saya menemukan tempat pengisian bensin. Baju seragam yang saya kenakan pun menjadi basah akibat keringat yang keluar dari tubuh.

Saya penuhi bensin pada motor, dan baru saja saya menghidupkan kembali motor, kejadian buruk kembali menimpa. Hujan turun dengan tiba-tiba dan deras, padahal waktu itu cuaca sangat cerah tanpa ada awan mendung satu pun. Terpaksa saya berteduh di bawah halte pinggir jalan. Saya pun sempat berfkir takdir memang tak mengizinkanku pergi kesekolah waktu itu.

Setelah menunggu cukup lama, hujan akhirnya berhenti. Lalu saya memacu motor dengan sangat kencang. Hingga akhirnya tiba di sekolah. Benar saja saya telah terlambat waktu itu, kulihat dari kejauhan satpam sekolah mulai menutup pagar sekolah. Saya pun tidak bisa masuk dan terpaksa harus menunggu hingga 30 menit di depan gerbang. Pada saat gerbang kembali dibuka, saya pun masuk ke sekolah dan ternyata Pak Budi guru yang paling galak di sekolah sudah menunggu dengan tatapan mengerikannya. Saya sudah pasrah, ku serahkan saja pada Pak Budi nasibku hari ini. Terbayang sudah hukuman push up dan lari keliling lapangan yang akan saya terima hari itu.

Demikian Karangan saya.